Selasa, 08 Oktober 2013

REKONTRUKSI PEMIKIRAN DAN PERGERAKAN HMI



HMI DIANTARA TUJUAN DAN KRITIK
REKONSTRUKSI PEMIKIRAN DAN PERGERAKAN HMI
Oleh: Forsilader 2010 HMI KORKOM UB

Sistem perkaderan HMI
           
HMI merupakan organisasi perkaderan yang banyak melahirkan pemimpin bangsa. sebagai organisasi tertua yang mempunyai banyak pengalaman, HMI diharapkan mampu berkembang lebih baik lagi, namun yang terjadi malah sebaliknya dimana system perkaderan di HMI hanya berjalan statis bahkan ada pula yang mengatakan terjadi kemunduran. Gema teriakan kader-kadernya yang dulu lantang hingga kepelosok negri, kini mulai tak terdengar bahkan masyarakat secara umum menganggap hanya sebatas suara sumbang belaka. Organisasi yang merupakan induk dari berbagai organisasi kemahasiswaan ini dikatakan mempunyai suatu sistem perkaderan terbaik, sehingga kader-kader yang dilahirkan sudah tidak diragukan lagi karakter keintelektualitasnya.
Di dalam system pengkaderan HMI terdapat 4 asas utama yaitu Keislaman, Keindonesiaan, Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan.Ke-4 asas tersebut diformulasikan dalam bentuk proker-proker yang dibuat oleh pengurus pada setiap komisariat. Namun dalam prakteknya sering kali kurang optimal hanya sebatas formalitas tanpa esensi yang jelas. Tidak dipungkiri lagi mahasiswa adalah kaum elitis dalam lapisan masyarakat sedangkan HMI adalah kaum elitis dalam tataran mahasiswa. Itu juga menjadi permasalahan yang dihadapi organisasi HMIdimana system perkaderan hanya sebagai konsumsi oleh para kader HMI sendiri dan tidak sampai meluber pada masyarakat secara umum.Memecahkan permasalahan yang kompleks di HMI memangtidakmudah, tapibagiseorangkeder HMItakada yang tidak mungkin. Kesadaran tiap kader untuk merekonstruksi segala problema menjadi syarat pokok untuk HMI lebih baik.
Untuk menghadapi permasalahan system perkaderan di HMI, kita harus melakukan kajian dengan cara membagi permasalahan itu dalam 4 asas pokok untuk mendapatkan suatu solusi konkrit.

Asas keislaman
          Organisasi HMI mempunyai asas pokok yang dianut yaitu Islam, asas inilah yang menjadi pedoman perjuangan kawan-kawan HMI. Dalam asas ini para kader dituntut untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadist, sehingga dalam setiap gerakan yang dilakukan akan diridhoi Allah SWT. Lalu yang jadi pertanyaan saat ini adalah, islam yang seperti apa yang dianut oleh organisasi HMI? Yang pasti bukan islam liberal atau islam hore-hore, melainkan islam universal sehingga kader-kader didalamnya mempunyai sifat plural. HMI juga disebut-sebut organisasi islam modern, karena pemikiran-pemikiran islamnya selalu dinamis atau bisa dikatakan banyak mempunyai solusi untuk menghadapi perkembangan zaman, sehingga anggapan agama islam sebagai agama yang kaku atau kuno sudah mulai surut dalam masyarakat. Setiap kader HMI mempunyai identitas keislaman tersendiri seperti yang terlihat adalah Nahdiyin dan Muhamadiyah.keanekaragaman ini merupakan pedang bermata dua dimana terdapat keuntungan serta kerugian didalamnya, keuntungan disini dimaksudkan tiap kader mempunyai pandangan tersendiri sehingga mengakibatkan terjadi dialektika diantara tiap yang berakibat pada pemikiran islam yang selalu berkembang dan diharapkan dalam dialektika tersebut kita menemukan kebenaran yang hakiki, sedangkan kerugiannya adalah ketika melakukan suatu kegiatan kajian atau kegiatan keislaman maka kita akan dibenturkan oleh dua tradisi keislaman yang berbeda, semisal tradisi dari orang NU pada setiap malam jumat melakukan tahlil maka hanya kader-kader yang berbasis NU saja yang mengikuti kegiatan tersebut. Kontradiksi tradisi ini harus difikirkan agar tidak ada perpecahan antar keyakinan keislaman, bisa juga mengadakan kegiatan yang berimbang antara tradisi satu dengan tradisi yang lain.
            Banyak yang beranggapan bahwa HMI telah kehilangan jatidiri keislamannya dan itu memang telah terjadi walaupun tidak pada setiap komisariat. Terjadinya degradasi keislaman ini memberikan tekanan moral tersendiri bahkan ada yang memberikan julukan yang aneh terhadap organisasi ini, seperti Himpunan Mahasiswa Indonesia, Himpunan Mahasiswa Ingin hidayah Allah dan masih banyak lagi. Sangat miris ketika kita mendengar julukan-julukan tersebut namun tidak dapat disalahkan juga ketika kita berkaca pada realita. Banyak sebab yang menyebabkan degradasi tersebut diantaranya penafsiran NDP yang salah dan mengakibatkan tiap kader merasa sudah paling benar dalam menjalankan syariat islamnya. Didalam NDP kita diajarkan cara memahami islam dalam sudut berbeda melalui membongkar alam berpikir kader yaitu bagaimana kita memahami kepercayaan, hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia serta pengertian keadilan dan ilmu pengetahuan. Beberapa diantara kader mungkin agak kaget ketika dihadapkan pada suatu metode filsafat ini, namun yang menjadi persoalan adalah metode ini menyeret kader pada kebingungan yang sulit, terkadang menjadi malas melakukan syariat islam dengan alasan belum menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terus membebani pikiran. Dalam islam kita memang disuruh berfikir kritis namun tanpa melawati jalan-jalan yang sudah di tentukan tuhan bisa saja kita tersesat dalam lorong yang tiada ujung. Dalam kajian NDP terkadang banyak yang ditekankan pada pola hubungan horizontal yaitu percuma kita beribadah dikala orang disekeliling kita kelaparan, tidak ada yang salah dalam hal itu karena HMI adalah organisasi kemasyaratan, namun perlu disadari penekanan hubungan vertical/hubungan dengan tuhan lebih penting bagaimanapun juga semua tindakan kita harus dikembalikan pada tuhan Sang pemilik kebenaran hakiki. Perlu diadakan kajian keislaman yang mengarah padahal tersebut seperti tata cara sholat yang baik, manfaat berpuasa dan lain sebagainya. Selain itu diskusi yang intens dan banyak membaca buku juga termasuk solusi konkrit menghadapi masalah ini.
            Sebagai organisasi islam kemasyarakatan seharus keder HMI ikut aktif dalam kegiatan islam kemasyarakatan, namun yang terjadi justru sebaliknya, HMI menjadikan konsep islam mereka bersifat inklusif yaitu hanya untuk masyarakat HMI itu sendiri. Perlu adanya suatu kegiatan yang saling berhubungan antara islaman HMI dengan islam masyarakat umum, bila hal yang demikian terjadi mungkin gerak-gerik kita tak lagi dicurigai karena cara berpikir kader HMI dan masyarakat umum mulai menndekati kata sepakat. Terkadang saat ada kegiatan keislaman, kita pun jarang ikut mungkin hanya sebagian saja. Inilah yang harus jadi koreksi kita semua.

AsasKeindonesian
          Dalam asas keindonesiaan ini, tiap kader dituntut untuk bersikap kritis dalam menanggapi problematika dlam negri. Pengembangan sikap kritis ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya diskusi dan membaca. Namun persoalan lain  muncul ketika kita dihadapkan pada isu-isu yang sifatnya menjebak. Media memang sebagai agen control namun terkadang media juga memanfaatkan isu tersebut hanya untuk popularitas saja, maka dari itu kader HMI harus memilah dan memilih isu yang memang urgen untuk dibahas, supaya tidak termakan oleh isu tersebut. Urgensitas suatu isu dinilai dari kedekatan wilayah isu tersebut seperti ketika di malang ada pilkada dan dijakarta ada berita tentang Anas urbaningrum, sebaiknya yang didahulukan adalah pilkada malang kerena efeknya akan terasa dalam kehidupan disekitar kita. Spesifikasi yang baik menangani atau mengkaji isu harusnya dalam konsep Lokal-Regiaonal-Nasional. Agar para kader tidak semerta-merta terbawa arus media perlu adanya badan yang siap menampung hasil-hasil diskusi atau kajian disetiap komisariat semisal saja mempunyai media informasi yang akan mempublikasikan tulisan hasil diskusi atau kajian tersebut. Selain itu kita juga harus punya solusi cantik yang akan ditawarkan pada masyarakat.
            Organisasi HMI sering  melakukan gerakan-gerakan kemasyarakatan seperti aksi, baksos, serta kegiatan kemasyakatan yang lain. Namun seringkali gerakan itu hanya sebagai formalitas untuk menunjukan eksistensi HMI atau mengikuti budaya dari para senior, entah karena kurang pengadvokasian atau konsep yang kurang jelas sering kali gerakan-gerakan itu gagal dan esensinya juga tak ada. Maka dari itu kita mestinya sadar akan tujuan utama dari pergarakan yang kita lakukan, agar taring tajam organisasi ini tampak kembali.





Penulis
Mohammad Zakiy Fiddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar